Jumat, 20 Februari 2009

Tidak Hanya Ponari dan Dewi, Ibu Tak Mau Kalah

JOMBANG, JUMAT - Warga Jombang, kembali dihebohkan penemuan batu oleh seorang ibu rumah tangga yang sedang mengantarkan anaknya sekolah di kawasan Dayu, Jumat.

Lembaga Kelompok Bermain Al Asna, kini dipadati ratusan orang setelah Siti Nur Rohmah (35), ibu rumah tangga yang tinggal di Perumahan Tambakasri I-13, Jombang, itu menemukan batu pualam berbentuk pipih.


Menurut penuturannya, batu itu ditemukan di depan selokan Al Asna saat mengantar anaknya ke sekolah itu sekitar pukul 07.30 WIB.

"Dari selokan itu terdengar suara perempuan yang meminta tolong untuk diselamatkan," katanya saat ditemui di Mapolsekta Jombang.

Ia menceritakan, sejak keluar dari rumah, suara itu terngiang di telinganya. "Yang paling keras suara itu saya dengar di depan sekolah anak saya tadi. Setelah saya dekati, ternyata batu dalam keadaan tebungkus kain ini," katanya sambil menunjukkan batu yang dianggapnya ajaib itu.

Batu itu kemudian dimandikan dan digunakan untuk mengobati giginya yang sakit. "Sudah empat hari ini gigi saya sakit, Alhamdulilah sekarang sudah sembuh setelah saya gosok batu ini," kata istri seorang pelayan toko elektronik di Mojokerto itu.

Sejak penemuan itu terdengar luas di masyarakat, rumah Siti Nur Rohmah di Perumahan Tambak Asri, Kelurahan Tunggorono, Jombang dipadati warga.

Kepala Kelurahan Tunggorono, Kislan, mengaku, dialah yang membawa warganya itu ke Mapolsekta Jombang.

"Kami khawatir terjadi apa-apa padanya. Oleh sebab itu dia langsung kami bawa ke kantor polisi," katanya saat mendampingi Rohmah di Mapolsekta Jombang.

Hingga kini ibu rumah tangga itu masih menjalani pemeriksaan secara intensif di ruang Unit Reskrim Polsekta Jombang.

Sebelumnya masyarakat Jombang juga dihebohkan oleh penemuan batu yang dianggap bisa menyembuhkan segala macam penyakit di rumah Ponari (9) di Dusun Kedungsari, Desa Balongsari, Kecamatan Megaluh dan Dewi Setiowati (13) di Dusun Pakel, Desa Brodot, Kecamatan Bandar Kedungmulyo.
sumber:kompas.com
Baca Selengkapnya...

Embun Terekam di Plaet Mars

sumber:Kompas.com
FOTO-FOTO hasil rekaman robot Pheonix Mars Lander yang mendarat dekat kutub utara Mars memperlihatkan bulatan-bulatan kecil yang menyerupai embun. Ini merupakan bukti-bukti baru yang menguatkan keberadaan air di Mars.


Titik-titik air itu tampak di dekat titik pendaratan robot berkaki tiga itu. Foto-foto yang dibuat Phoenix Mars Lander memperlihatkan bulatan-bulatan yang terbentuk, saling menyatu, dan menetes di kaki-kakinya.

"Benda tersebut mungkin lumpur bergaram yang muncrat saat wahana tersebut mendarat," ujar Nilton Renno, kepala ilmuwan misi Phoenix dari Universitas Michigan, AS. Phoenix mendarat pada akhir Mei lalu dan telah membuktikan adanya es di bawah lapisan Mars.

Jika benar perkiraan Renno, garam di lumpur tersebut mungkin kemudian menyerap uap air di atmosfer Mars. Hal inilah yang dapat menjelaskan mengapa terbentuk titik-titik air.

Menurut Renno, gelembung-gelembung tersebut dapat bertahan dalam bentuk cair meski di suhu sangat rendah karena tanah Mars kaya senyawa perklorat. Senyawa tersebut mirip dengan garam antibeku yang dipakai untuk mencairkan salju di jalanan di musim dingin.

Sayangnya, foto yang diambil Phenix beresolusi rendah sehingga tidak dapat menujukkan bagian secara detil. Setidaknya, rangkaian foto tersebut telah memperlihatkan sifta air.

"Penemuan air dalam bentuk cair seperti ini memperkuat kemungkinan bahwa Mars dapat dihuni makhluk hidup," ujar Renno.
Baca Selengkapnya...

Sabtu, 07 Februari 2009

Einstein Tak Menemukan Tuhan

Albert Einstein adalah salah satu sosok pemikir yang sangat dikagumi sekaligus sangat dibenci di pengujung abad 20 dan bahkan hingga kini. Kenapa demikian? Karena selain penemuan-penemuan spektakulernya di bidang sains dan teknonogi yang sulit ditandingi oleh para ilmuan pada masanya, Einstein kerap melancarkan kritik pedas pada gereja dan doktrin-doktrinnya yang dianggap tidak rasional. Menurut Einstein, gereja telah melakukan ''pembodohan massal'' dengan konsep ketuhanan yang tidak masuk akal.


Kritik yang disampaikan Einstein tersebut sebenarnya berangkat dari kegelisahannya ihwal eksistensi Tuhan yang tak kunjung ditemukan. Ia tidak puas dengan sosok Tuhan yang dipersonalkan atau digambarkan mirip manusia (antropomorfisme) dalam Kitab Injil. Selain itu, ia juga mengkritik filsafat ketuhanan yang dikembangkan oleh gereja yang terkenal dengan istilah Trinitas: Tuhan Bapak, Tuhan Anak, dan Roh Kudus. Sampai akhir hayatnya, Einstein belum menemukan jawaban yang rasional terkait dengan filsafat ketuhanan tersebut.

Dalam logika Einstein yang mendasarkan pikirannya pada fisika dan matematika, Tuhan yang dipersonalkan jelas tidak masuk akal. Karena itu, dengan tegas ia menolak: ''Tentang Tuhan saya tidak dapat menerima suatu konsep apa pun yang berdasarkan otoritas gereja. Sepanjang yang saya ingat, saya membenci indoktrinasi massal. Saya tidak mengimani karena takut akan kehidupan, takut akan kematian, maupun iman yang buta...'' (hal. 153).

Pernyataan Einstein tersebut tak pelak membuat panas telinga para pemuka agama Nasrani. Ia dianggap mengingkari Al-Kitab yang seharusnya diimani tanpa harus diperdebatkan lagi. Einstein memang cukup berani membongkar sekian ayat yang terdapat dalam kitab Injil yang tidak sesuai dengan nalar logikanya. Ia sama sekali tidak mengimani Injil sebagai sabda Tuhan karena sepanjang penelitiannya terdapat pertentangan antara Injil yang satu dengan lainnya. Dalam Injil Yohanes, misalnya, Eisntein melihat ada pertentangan ayat yang sangat mendasar dengan Injil Barnabas (The Gospel of Barnabas) yang naskah aslinya ditemukan di The Emperial Library Wina, Austria. Atas dasar inilah Einstein semakin tidak yakin akan kebenaran Injil. Apalagi fakta sejarah menunjukkan bahwa ketika Paus St. Glasius I bertahta pada 492-496, Vatikan secara resmi melarang Injil Barnabas beredar dan dibaca oleh umat Kristiani.

Einstein menilai keputusan tersebut sangat paradoks dan sulit diterima oleh akal sehat. Sehingga dengan lantang ia menuduh Paus telah melakukan campur tangan dalam penulisan Injil.

Kritik pedas inilah yang membuat vatikan kegerahan. Einstein dianggap terlalu berlebihan dan mengada-ada. Pihak gereja kemudian bergerak lebih cepat untuk menyikapi apa yang telah dikemukakan pemikir yang berpengaruh itu agar tidak mereduksi keimanan umat Kristiani di seluruh dunia.

Seorang pemuka Nasrani yang berasal dari Lutheran Church of Our Savior, yakni pendeta Carl F. Weldman menanggapi dengan keras pendapat Einstein yang menolak Tuhan dipersonalkan: ''Tidak ada Tuhan selain Tuhan personal! Einstein tidak mengetahui apa yang sedang diucapkannya. Dia salah total!'' (hal. 165). Dalam pandangan Carl F. Weldman, pernyataan Einstein bukanlah termasuk bagian dari pencarian hakiki akan eksistensiNya. Akan tetapi hanyalah sebentuk provokasi yang tidak didasari oleh iman yang kuat.

Sri Paus Yohanes Paulus II yang bertahta di Vatikan juga ikut menyerang Einstein: ''Menginginkan bukti-bukti ilmiah tentang Tuhan sama dengan merendahkan Tuhan ke derajad wujud-wujud dunia kita dan karenanya kita akan keliru secara metodologis berkenaan dengan apa itu Tuhan. Sains harus mengakui batas-batasnya serta ketidakmampuannya untuk mencapai eksistensi Tuhan, ia tidak bisa mengukuhkan ataupun mengingkari eksistensiNya...'' (hal.169).

Semua umat Kristiani yang menerima filsafat ketuhanan dengan modal iman jelas menganggap Einstein sebagai pengingkar (kafir). Ilmuan peraih nobel yang pada akhir hayatnya kedua bola matanya dijugil untuk diawetkan itu dituduh atheis karena logika berpikirnya tidak sejalan dengan Al-Kitab.

Tuduhan yang sama sebenarnya juga dilancarkan oleh para pemuka agama Yahudi yang menganggap Einstein anti-Tuhan karena telah berani menolak untuk menjalani bar mitzvah, yaitu upacara untuk menjadi komunitas orang Yahudi. Sebagaimana diulas oleh Wisnu Arya Wardhana dalam buku ini, sejak kecil Einstein memang hidup dengan ''dua agama'': Yahudi dan Katholik. Jika pada pagi hari ia belajar agama Katholik di Katholik Petersschule, sedangkan sorenya ia menerima pelajaran agama Yahudi dari Alexander Moszkowski, guru privat yang sengaja didatangkan oleh orang tuanya (hal.45).

Dengan demikian, Einstein sudah mempelajari dengan cukup cermat isi Kitab Talmud (Taurat) dan isi Al-Kitab (Injil) sejak ia masih kecil, yakni saat masih berumur tujuh tahun. Walaupun pada saat itu ia belum berani melakukan koreksi terkait beberapa ayat yang tidak sesuai dengan jalan pikirannya.

Hidup dengan dua agama bukanlah sesuatu yang aneh bagi Einstein. Ia belajar agama Yahudi karena termasuk agama leluhurnya, sedangkan pelajaran Katholik ia dalami tak lain karena pencariannya akan eksistensi Tuhan. Namun sepanjang yang dipelajari Einstein dari kedua Kitab Suci tersebut, yakni Taurat dan Injil, sosok Tuhan yang sesuai dengan jalan pikirannya tak juga ditemukan.
Baca Selengkapnya...

Pasang Iklan Suster Bugil, Klinik Terancam Denda Rp 87 Juta

Nograhany Widhi K - detikNews

Taipei - Gara-gara mengiklankan diri dengan memasang pose bugil dua susternya, klinik kesehatan di Taiwan terancam didenda hingga Rp 87 juta. Klinik itu dinilai melanggar hukum.


"Tentu kita akan teruskan untuk menuntut. Apa yang mereka lakukan melanggar hukum," ujar pejabat Departemen Kesehatan Tainan, Taiwan, Chen Yueh-ying seperti dilansir dari Reuters, Sabtu (7/2/2009).

Chen mengatakan klinik itu bisa dikenai denda antara T$50,000 atau Rp 17,4 juta hingga T$250,000 atau Rp 87 juta, kendati iklan itu akan ditarik. Dunia bisnis Taiwan memang sering menggunakan foto-foto orang muda dan trendi untuk iklan. Namun jarang di antara iklan itu yang memasang pose telanjang.

"Klinik itu tidak sama dengan bisnis normal. Dan iklan itu mencemari aturan di dunia medis," ujar dia.

Iklan yang dipasang klinik itu tersebar di media, pasien klinik hingga di websitenya. Iklan itu juga menuai protes dari organisasi profesi keperawatan di Taiwan, karena dinilai menodai profesi perawat. (nwk/djo)
Baca Selengkapnya...